Budi Daya Kelapa Sawit

Minggu, 03 Februari 2008

Syarat Pertumbuhan kelapa sawit

Iklim

1. Secara alami kelapa sawit hanya dapat tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini dapat tumbuh ditempat berawa (swamps) di sepanjang bantaran sungai dan di tempat yang basah.

2. Didalam hutan hujan tropis, tanaman ini tidak dapat tumbuh karena terlalu lembab dan tidak mendapat sinar matahari karena ternaungi kanopi tumbuhan yang lebih tinggi.

3. Sinar matahari harus langsung mengenai daun kelapa sawit. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam perhari.

4. Angin tidak mempengaruhi pertumbuhan karena bentuk daun yang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dirusak angin.

5. Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara tanaman) yang cukup panjang.

6. Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah.

7. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaban 60-80% dengan temperatur 35ºC.

8. Curah hujan tahunan antara 1.500-4.000 mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun.

Keadaan Iklim

(Klas 1)

Baik

(Klas 2)

Sedang

(Klas 3)

Kurang Baik

(Klas 4)

Tidak Baik

Curah Hujan (mm)

200-2500

1800-2000

1600-1800

<>

Defisit air/tahun (mm)

0-150

150-250

250-400

> 400

Hari panjang tidak hujan

<>

<>

<>

> 10

Temperatur (ºC)

22-33

22-33

22-33

22-33

Penyiraman (jam)

6

6

<>

<>

Kelembaban (%)

80

80

<>

<>

Media Tanam

1. Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur.

2. Tanah harus berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu.

3. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

4. Tanah memiliki derajat keasaman (pH) antara 4-6.

5. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1-400 m dpl.

6. Topografi datar dan berombak sampai bergelombang.

7. Kelerengan ideal berkisar antara 0 sampai 25%.

Keadaan Tanah

(Klas 1)

Baik

(Klas 2)

Sedang

(Klas 3)

Kurang Baik

(Klas 4)

Tidak Baik

Tinggi tempat

0-400 m dpl

0-400 m dpl

0-400 m dpl

0-400 m dpl

Topografi

Datar Berombak

Bergelombang

Berbukit

Curam

Lereng (%)

0-15

16-25

25-36

> 36

Solum (cm)

> 80

80

60-80

> 60

Kedalaman air (cm)

> 80

60-80

50-60

40-50

Tekstur

Lempung2 liat

Liat berpasir

Pasir Lempung Liat

Pasir

Bahan organik (cm)

5-10

5-10

5-10

> 5

Keadaan batuan

Dalam

Dalam

Dalam

Menghambat akar

Erosi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sedikit

Drainase

Baik

Agak baik

Agak baik

Agak baik

Banjir

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sedikit

Pengaruh pasang surut

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sedikit

Sumber : Deptan RI

Minyak Kelapa Sawit Merah

Minyak sawit merupakan sumber karotenoid alami yang paling besar. Kadar karotenoid dalam minyak sawit yang belum dimurnikan berkisar 500 - 700 ppm dan lebih dari 80 persennya adalah ? dan ß-karoten. Bila tidak terdegradasi, beberapa jenis karotenoid diketahui mempunyai aktivitas pro-vitamin A.
Dilihat dari besarnya aktivitas provitamin A, kadar karotenoid minyak sawit mempunyai aktivitas 10 kali lebih besar dibandingkan dengan tomat. Selain itu studi epidemilogi mutakhir menentukan adanya hubungan antara konsumsi pangan kaya karotenoid dengan penurunan terjadinya kanker.
Saat ini minyak sawit di-konsumsi dalam bentuk termurnikan (purified), terpucatkan (bleached), dan terhilangkan dari busukan (deodorized). Warnanya kuning keemasan dan hampir semua karotenoidnya dihilangkan. Akhir-akhir ini muncul produk minyak sawit yang tingkat pemucatannya sangat tinggi dan diberi label mutu spesial.
Untuk mempertahankan ke-beradaan karotenoid dalam minyak sawit, proses produksi minyak sawit kaya karotenoida beraktivitas pro-vitamin A telah dikembangkan. Pe-ngembangan proses ini juga penting bila dikaitkan dengan penanggulang-an masalah defisiensi vitamin A di Indonesia.

sumber : invasi perkebunan

Pengolahan Limbah cair PKS sistem Anaerobik

Teknik Pengolahan Limbah Cair PKS dengan Sistem Anaerobik Secara konvensional pengolahan limbah di pabrik kelapa sawit (PKS) dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem kolam, yaitu limbah cair diproses di dalam satu kolam anaerobik dan aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai pe-rombak BOD dan menetralisir ke-asaman cairan limbah. Hal ini di-lakukan karena pengolahan limbah dengan menggunakan teknik tersebut cukup sederhana dan dianggap murah. Namun demikian lahan yang diperlu-kan untuk pengolahan limbah sangat luas, yaitu sekitar 7 ha untuk PKS yang mempunyai kapasitas 30 ton TBS/jam. Kebutuhan lahan yang cukup luas pada teknik pengolahan limbah dengan menggunakan sistem kolam dapat mengurangi ketersediaan lahan untuk kebun kelapa sawit. Waktu retensi yang diperlukan untuk me-rombak bahan organik yang terdapat dalam limbah cair ialah 120 – 140 hari. Efisiensi perombakan limbah cair PKS dengan sistem kolam hanya sebesar 60 – 70 %. Disamping itu pengolahan limbah PKS dengan menggunakan sistem kolam sering mengalami pen-dangkalan sehingga masa retensi men-jadi lebih singkat dan baku mutu limbah tidak dapat tercapai. Oleh karena itu perlu dicari sistem pengolahan limbah yang lebih efisien dengan waktu retensi yang rendah dan efisiensi yang tinggi. Teknik pengolahan limbah PKS dengan sistem tangki anaerobik adalah salah satu sistem pengolahan limbah yang dilakukan secara anaerobik dengan kecepatan tinggi dan sangat efisien. Adapun prinsip kerja teknik peng-olahan limbah tersebut adalah degra-dasi bahan organik oleh bakteri secara anaerobik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan mengembang-kan teknologi pengolahan limbah cair menggunakan tangki dengan masa retensi relatif singkat. Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini ialah sistem tangki biofilter kecepatan tinggi (Highrare Biofilter Tank). Air limbah yang berasal dari fat-pit dialirkan ke dalam tangki pengumpul dan se-lanjutnya dialirkan ke dalam tangki pengendapan dan tangki umpan (V tank) dengan kapasitas berturut-turut 600, 250, dan 250 liter. Limbah cair PKS dialirkan ke tangki digester I (TD I) dan selanjutnya ke tangki digester II (TD II) dengan menggunakan pompa sentrifugal yang dilengkapi dengan pengatur waktu. Kecepatan aliran diatur mulai dari 25, 50, dan 100 lt/hari. Dengan demikian waktu penahanan hidrolis (WPH) berturut-turut 20, 10, dan 5 hari. Resirkulasi limbah cair PKS dari TD I ke TD II dilakukan dengan pompa resirkulasi. Biogas yang di-hasilkan dari perombakan tersebut di-catat melalui alat pencatat gas ( Gas Counte I = GCI). Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa tidak ada perbeda-an nyata antara perlakuan WPH 20 hari dan WPH 10 hari.
Penggunaan WPH selama 10 hari akan terjadi pengurangan COD LPKS sebesar 80, 8 %. Jika dibanding-kan dengan sistem kolam anaerobic konvensional, sistem tank anaerobic dapat mengurangi waktu perubahan dari 50 hari menjadi 10 hari atau sebesar 80 %.

sumber ; inovasi perkebunan

Pabrik kelapa sawit super mini 500

Pabrik Kelapa Sawit Super Mini (PKS SM-500) merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 0,5 - 1 ton Tandan Buah Segar (TBS)/jam yang dirancang khusus untuk per-kebunan kelapa sawit dengan luas area 160-200 ha. PKS SM-500 sangat mudah dioperasikan, hanya memerlu-kan tenaga kerja sebanyak 6 orang/ shift, menggunakan limbah sawit se-bagai bahan bakar, dan hanya me-merlukan lahan seluas 300 m2.
PKS SM-500 terdiri dari delapan unit peralatan pengolahan, yaitu satu unit boiler yang mampu meng-hasilkan 600 kg uap/jam dengan tekanan 3 kg/cm, dua unit steriliser, satu unit threser dengan kapasitas 500 kg TBS/jam, satu unit double screw press mini, satu unit tangki klarifikasi dengan kapasitas 1200 liter, satu unit tangki penampung minyak, satu unit deperikarper dengan kapasitas 200 kg biji+serat/jam, satu unit nut cracker dengan kapasitas 500 kg biji/jam.
Dengan biaya investasi PKS SM-500 sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), biaya pe-ngolahan TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) adalah Rp 53,49/kg TBS dengan asumsi harga CPO Rp 2000 /kg, inti Rp 1500/kg dan harga beli TBS Rp 331/kg. PKS SM-500 secara ekonomis layak untuk diusahakan dengan parameter ekonomi sebagai berikut: IRR= 23,8%; B/C= 1,27; NPV= Rp 528.302.891,-; payback period= 50 bulan, BEP= 5 ton TBS/ hari.
Sasaran pengembangan PKS SM-500 adalah kelompok Pekebun Kecil Kelapa Sawit Swadana (PKKSS), Usaha Perkebunan Besar Skala Kecil (UPBSK) dan Usaha Perkebunan Skala Menengah (UPBSM) yang ongkos angkut TBS ke PKS lebih dari Rp 75/kg TBS. PKS SM-500 produksi PPKS tersebut telah diaplikasikan di desa Sukamenanti, Pasaman, Sumatera Barat oleh PT Sawit Langsa Artha Ganda.
Manfaat yang diperoleh petani kelapa sawit dengan adanya PKS SM-500 tersebut adalah petani lebih mudah melakukan pemasaran TBS, harga TBS yang dihasilkan oleh petani menjadi bersaing, sehingga pendapatan petani bertambah. Selain itu, tandang kosong sawit (TKS) yang merupakan limbah padat dari PKS tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik.

sumber ; inovasi perkebunan

Hama Utama Kelapa sawit

Feromon Oryctes rhinoceros Kumbang tanduk Oryctes rhinoceros merupakan hama utama per-tanaman kelapa sawit muda, terutama pertanaman ulang di areal yang se-belumnya terserang berat, tanaman dapat mati. Jika dapat bertahan, maka daya hasil tanaman menurun, bahkan saat awal produksinya tertunda.
Pengendalian biasanya dilakukan dengan menangkap kumbang setiap hari atau aplikasi insektisida setiap minggu. Biaya operasional teknik ini sangat tinggi. Sebagai alternatif, daya tarik ethyl 4 - methyloctanoate, komponen utama feromon O. rhinoceros, terhadap kumbang ini telah diuji. Uji menggunakan perangkap berupa ember plastik bervolume sepuluh liter. Tutup ember dilubangi pada bagian tengahnya dan diletakkan terbalik di atas ember. Kantung yang berisi senyawa feromon etyl 4 - methylocnoate digantung-kan di dalam ember dekat lubang pada tutup. Kantung tersebut terbuat dari plastik khusus berukuran 30 cm x 26 cm yang melepaskan feromon secara per-lahan.
Senyawa ethyl 4 - methyloctanoate sebanyak 0,06 ml yang dipasang se-lama dua minggu mampu menarik 94 ekor kumbang. Hasil pembedahan pada kumbang betina yang tertangkap menunjukkan bahwa feromon ini menarik imago O. rhinoceros dari berbagai tingkat fisiologis. Tidak seperti pada pe-ngendalian secara manual, feromon be-kerja sebelum kumbang merusak tanam-an.
Tenaga aplikasi feromon per hektar per bulan hanya 0,4 HOK, jauh lebih rendah dari pada cara manual yang membutuhkan 0,5 HOK. Setiap satu hektar tanaman, cara manual me-merlukan biaya Rp 96.000 per bulan, sedangkan dengan feromon hanya Rp 15.641 per bulan.

sumber : Inovasi perkebunan

Pemanfaatan Perkebunan Kelapa Sawit untuk peternakan

Pemanfaatan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit untuk Ternak Domba dan Kambing
Pada umumnya gulma di per-kebunan kelapa sawit masih di-kendalikan secara kimiawi maupun mekanis dengan biaya yang cukup besar. Di sisi lain, berbagai jenis gulma di perkebunan tersebut dapat di-manfaatkan sebagai pakan hijauan ternak. Untuk optimalisasi pendaya-gunaan lahan, telah dilakukan peneliti-an mengenai pemanfaatan lahan per-kebunan kelapa sawit untuk ternak domba dan kambing dengan pola ekstensif yaitu ternak digembalakan setiap hari di areal perkebunan kelapa sawit mulai pukul 14.00 sampai 18.00 WIB dan pakan tambahan yang diberi-kan di kandang hanya rumput hijauan. Analisis biaya manfaat me-nunjukkan bahwa pemanfaatan lahan perkebunan kelapa sawit untuk ternak domba dan kambing memberikan hasil yang cukup baik. Daya dukung lahan untuk ternak domba dan kambing, ber-beda-beda sesuai dengan kondisi tanaman dan lahan kelapa sawit. Pada lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) 1 -3 dapat diternakkan 8-10 ekor domba atau kambing per ha, lahan TM 1-3 dapat diternakkan 5-7 ekor domba atau kambing per ha, sedangkan pada lahan TM 4 hanya dapat diternakkan maksimal 4 ekor domba atau kambing per ha. Setelah dua tahun pemelihara-an dengan 10 ekor ternak (9 ekor betina dan 1 ekor pejantan), dapat diperoleh B/C rasio 1,0-1,4.

sumber : LRPI

Kamis, 31 Januari 2008

Pemeliharaan (pada pertanaman)

a. Penyulaman

Ø Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik.

Ø Saat menyulam yang baik adalah pada musim hujan.

Ø Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam yaitu bibit berumur 10 – 14 bulan.

Ø Banyaknya sulaman biasanya sekitar 3 – 5 % setiap hektarnya.

Ø Cara melaksanakan penyulaman sama dengan cara menanam bibit.

b. Penanaman tanaman penutup tanah

Ø Tanaman penutup tanah (tanaman kacangan, Legume Cover Crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma.

Ø Penanaman tanaman kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

Ø Jenis-jenis tanaman kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalh Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica.

Ø Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).

c. Membentuk piringan (bokoran, circle weeding)

Ø Piringan di sekitar pokok (pohon kelapa sawit) harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah di sekitar pokok dengan jari-jari 1 – 2 meter dari pokok harus selalu bersih dan gulma yang tumbuh harus dibabat, disemprot dengan herbisida.

c. Pemupukan

Ø Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K,Mg dan B (Urea, TSP, Kcl, Kiserit dan Borax).

Ø Pemupukan ekstra dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit.

Ø Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).

Ø Untuk tanaman menghasilkan dosis yang digunakan berdasarkan analisis daun.

Ø Dosis pemupukan tergantung pada umur tanaman.

Ø Contoh dosis pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan adalah sebagai berikut :

Urea : 2,0 – 2,5 kg/ph/th diberikan 2 x aplikasi

KCl : 2,5 – 3,0 kg/ph/th diberikan 2 x aplikasi

Kiserit : 1,0 – 1,5 kg/ph/th diberikan 2 x aplikasi

TSP : 0,75 – 1,0 kg/ph/th diberikan 1 x aplikasi

Borax : 0,05 – 0,1 kg/ph/th diberikan 2 x aplikasi

Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut :

Urea : 0,40 – 0,60 kg

TSP : 0,25 – 0,30 kg

KCl : 0,20 – 0,50 kg

Kiserit : 0,10 – 0,20 kg

Borax : 0,02 – 0,05 kg

Ø Pada tanaman belum menghasilkan pupuk N,P,K,Mg,B ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun.

Ø Pada tanaman yang sudah menghasilkan :

v Pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan.

v Pupuk P,K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1 – 3 meter dari pokok.

v Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30 – 50 cm dari pokok.

Ø Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September – Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan paada akhir musim hujan (Maret – April) untuk pemupukan yang kedua.

e. Pemangkasan daun

Maksud pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan panenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur / tingkat pertumbuhan tanaman.

Macam-macam pemangkasan :

Ø Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16 – 20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.

Ø Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20 – 28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas dalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.

Ø Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu dalam pelaksanaan panenan.

Menanam

Cara menanam bibit yang ada pada polybag sbb.:

Ø Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.

Ø Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.

Ø Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.

Ø Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.

Ø Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.

Ø Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.

Ø Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.

Ø Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.

Pembuatan Lubang Tanaman

Ø Lubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam.

Ø Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm.

Ø Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.

Pengaciran (memacang)


Ø Maksud pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai

Ø Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur.

Ø System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m.

Ø Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m.

Ø Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon.

Persiapan Lahan

Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan :

Ø Bekas hutan (bukaan baru, new planting)

Ø Bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi)

Ø Bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting)

Pembukaan lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa pekerjaan, sbb.:

Ø Menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah.

Ø Merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran.

Ø Merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. Pembakaran dilakukan berulang sampai semua batang dan ranting menjadi abu.

Ø Pengolahan tanah secara mekanis.

Pembukaan lahan secara mekanis pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan sebagai berikut :

Ø Pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor.

Ø Meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang.

Ø Membongkar, memotong dan membakar . Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan swetelah kering lalu dibakar.

Ø Pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma) .

Pemindahaan Bibit Kelapangan

Ø Bibit yang telah berumur 8 bulan dapat dipindahkan ke areal / lapangan pertanaman, tetapi umumnya bibit dipindah ke lapang pada umur 10 – 14 bulan.

Ø Pemindahan bibit ke lapangan harus diusahakan agar bibit tidak rusak dan polybagnya tidak pecah.

Pemiliharaan (pada pembibitan)

Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengann umur dan saat tanam yang tepat.

Pemeliharaan bibit meliputi :

v Penyiraman

v Penyiangan

v Pengawasan dan seleksi

v Pemupukan


a.Penyiraman

Ø Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan.

Ø Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.

Ø Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.

b. Penyiangan

Ø Gulma yang tumbuh dalampolybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida

Ø Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan, disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

c. Pengawasan dan seleksi

Ø Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit

Ø Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang.

Ø Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan.

d. Pemupukan

Ø Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur.

Ø Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.

Ø Dosis dan jenis pupuk yang diberikan dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel : Dosis dan jenis pupuk untuk pemupukan bibit

Umur bibit (minggu ke )

Jenis pupuk

Dosis

Rotasi

4 - 5

Larutan Urea 0,2 %

3-4 lt larutan / 100 bibit

1 minggu

6 - 7

s.d.a

4-5 lt larutan / 100 bibit

1 minggu

8 - 16

Rustica 15. 15. 6. 4

1 gram / bibit

1 minggu

17 - 20

Rustica 12.12.17.2

5 gram / bibit

2 minggu

21 - 28

s.d.a

8 gram / bibit

s.d.a

29 - 40

s.d.a

15gram/ bibit

s.d.a

41 - 48

s.d.a

17gram /bibit

s.d.a

Mengenai Saya

Foto saya
Kayu Agung, Sumatera Selatan, Indonesia

PageRank

eXTReMe Tracker