Feromon Oryctes rhinoceros Kumbang tanduk Oryctes rhinoceros merupakan hama utama per-tanaman kelapa sawit muda, terutama pertanaman ulang di areal yang se-belumnya terserang berat, tanaman dapat mati. Jika dapat bertahan, maka daya hasil tanaman menurun, bahkan saat awal produksinya tertunda.
Pengendalian biasanya dilakukan dengan menangkap kumbang setiap hari atau aplikasi insektisida setiap minggu. Biaya operasional teknik ini sangat tinggi. Sebagai alternatif, daya tarik ethyl 4 - methyloctanoate, komponen utama feromon O. rhinoceros, terhadap kumbang ini telah diuji. Uji menggunakan perangkap berupa ember plastik bervolume sepuluh liter. Tutup ember dilubangi pada bagian tengahnya dan diletakkan terbalik di atas ember. Kantung yang berisi senyawa feromon etyl 4 - methylocnoate digantung-kan di dalam ember dekat lubang pada tutup. Kantung tersebut terbuat dari plastik khusus berukuran 30 cm x 26 cm yang melepaskan feromon secara per-lahan.
Senyawa ethyl 4 - methyloctanoate sebanyak 0,06 ml yang dipasang se-lama dua minggu mampu menarik 94 ekor kumbang. Hasil pembedahan pada kumbang betina yang tertangkap menunjukkan bahwa feromon ini menarik imago O. rhinoceros dari berbagai tingkat fisiologis. Tidak seperti pada pe-ngendalian secara manual, feromon be-kerja sebelum kumbang merusak tanam-an.
Tenaga aplikasi feromon per hektar per bulan hanya 0,4 HOK, jauh lebih rendah dari pada cara manual yang membutuhkan 0,5 HOK. Setiap satu hektar tanaman, cara manual me-merlukan biaya Rp 96.000 per bulan, sedangkan dengan feromon hanya Rp 15.641 per bulan.
sumber : Inovasi perkebunan
Pengendalian biasanya dilakukan dengan menangkap kumbang setiap hari atau aplikasi insektisida setiap minggu. Biaya operasional teknik ini sangat tinggi. Sebagai alternatif, daya tarik ethyl 4 - methyloctanoate, komponen utama feromon O. rhinoceros, terhadap kumbang ini telah diuji. Uji menggunakan perangkap berupa ember plastik bervolume sepuluh liter. Tutup ember dilubangi pada bagian tengahnya dan diletakkan terbalik di atas ember. Kantung yang berisi senyawa feromon etyl 4 - methylocnoate digantung-kan di dalam ember dekat lubang pada tutup. Kantung tersebut terbuat dari plastik khusus berukuran 30 cm x 26 cm yang melepaskan feromon secara per-lahan.
Senyawa ethyl 4 - methyloctanoate sebanyak 0,06 ml yang dipasang se-lama dua minggu mampu menarik 94 ekor kumbang. Hasil pembedahan pada kumbang betina yang tertangkap menunjukkan bahwa feromon ini menarik imago O. rhinoceros dari berbagai tingkat fisiologis. Tidak seperti pada pe-ngendalian secara manual, feromon be-kerja sebelum kumbang merusak tanam-an.
Tenaga aplikasi feromon per hektar per bulan hanya 0,4 HOK, jauh lebih rendah dari pada cara manual yang membutuhkan 0,5 HOK. Setiap satu hektar tanaman, cara manual me-merlukan biaya Rp 96.000 per bulan, sedangkan dengan feromon hanya Rp 15.641 per bulan.
sumber : Inovasi perkebunan